Dalam penanggalan Hijriah bulan Safar merupakan bulan yang berada diurutan kedua setelah bulan Muharram. Bulan Safar dalam Islam termasuk salah satu dari 4 bulan yang dimuliakan, atau juga disebut bulan Haram. Pada tahun 2020 bulan Safar jatuh pada tanggal 19 September 2020, sedangkan bulan safar tahun ini berakhir pada tanggal 17 Oktober 2020.
Dalam budaya masyarakat Arab kuno, Bulan Safar dianggap sebagai bulan na’as atau bulan yang membawa kerugian dan marabahaya. Oleh sebab Masyarakat Arab kuno selalu menghindari melakukan hal-hal besar seperti berperang, melakukan prosesi pernikahan, melakukan perjalanan dan hal besar lainnya. Masyarakat Arab Kuno beranggapan jika suatu peperangan dilakukan di ulan Safar, maka kekalahan yang akan didapatkan. Begitu pula jika sebuah pernikahan dilakukan di bulan Safar, maka pernikahan tersebut akan mengalami perpisahan.
Rasulullah SAW sangat menentang kepercayaan masyarakat Arab Kuno terkait kena’asan bulan Safar. Rasulullah SAW bersabdah:
لا عدوى ولا طيرة ولا هامَة ولا صَفَر وفر من المجذوم كما تفر من الأسد (رواه البخاري، رقم 5387 ومسلم، رقم (2220
“Tidak ada penyakit menular, thiyarah dan burung hantu dan shafar (yang dianggap membawa kesialan). Dan larilah dari penyakit kusta seperti engkau lari dari singa.” (HR. Bukhari, no. 5387 dan Muslim, no 2220).
Rasulullah sendiri tidak mempercayai kena’asan bulan Safar. Sebab dalam Islam diajarkan bahwa segala hal terjadi dikarenakan ketetapan dan takdir Allah SWT dan bukan disebabkan oleh hari ataupun bulan tertentu.
Allah SWT berfirman:
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal”.(QS: At-Taubah:51)
Ayat tersebut secara jelas menyebutkan bahwa segala hal yang menimpa manusia adalah ketetapan dan takdir dari Allah Azza Wa Jalla dan bukan disebabkan oleh bulan ataupun hari tertentu.
Dilansir dari laman islam.ni.or.id, disebutkan dalam Mandzumah Syarh al-Atsar fi ma Wara’an Syahri Safar (hal 9), Habib Abu Bakar al-Adni menjelaskan:
مُبْتَدِئًا زَوَاجَهُ مِنْ أُمِّنَا # خَدِيْجَةَ الْكُبْرَى بِأَيَّامِ صَفَرْ وَكَانَ هَذَا قَبْلَ وَحْيِ رَبِّنَا…
وَزَوَّجَ الزَّهْرَاءَ فِيْهِ فَرِحَا
وَهِجْرَةُ الرَّسُوْلِ فِيْمَا ذَكَرُوا # بِآخِرِ الْأَيَّامِ فِي غَارِ الْحَجَرْ
وَغَزْوَةُ الْأَبْوَاءِ فِيْهِ صَدَرَتْ
“Dimulai dengan pernikahan beliau dengan Sayyidah Khadijah al-Kubra di hari-hari bulan Safar, dan pernikahan itu berlangsung sebelum datang wahyu dari Allah (sebelum masa kenabian). Rasulullah menikahkan az-Zahra (Siti Fatimah) di bulan Safar dengan senang, Hijrahnya Rasulullah pada akhir bulan Safar di goa al-Hajar sebagaimana para ulama sebutkan, Perang Abwa di bulan Safar yang terjadi di permulaan.”
Di dalam syarah tersebut disebutkan bahwa Rasulullah melaksanakan hal-hal besar dalam perjalanan hidupnya. Mulai dari melangsungkan pernikahan, melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah, hingga melaksanakan perang yang pertama di bulan Safar. Hal tersebut sengaja dilakukan Rasulullah dengan tujuan mematahkan budaya dan kebiasaan masyarakat Arab Kuno yang percaya bahwa Safar adalah bulan Kena’asan.
Berikut 6 peristiwa yang sengaja dilakukan oleh Rasulullah di bulan Safar:
1. Pernikahan Rasulullah dengan Khadijah
Dilansir dari laman nu.co.id, berdasarkan Sirah Nabawiyah karya Syeikh Syafiyyurahman Al-Mubarakfuri, pernikahan Rasulullah dan Khadijjah berlangsung pada tanggal 2 Safar tahun 596 Masehi. Pernikahan tersebut merupakan pernikahan pertama Rasulullah, dimana Rasulullah berusia 25 tahun terpaut 15 tahun lebih muda dibandingkan Sayyidah Khadijah.
Sayyidah Khadijjah sendiri merupakan seorang janda sekaligus rekan kerja Rasulullah. Khadijah merupakan saudagar kain yang kaya, sedangkan Rasulullah adalah orang kepercayaan Khadijah yang mendistribusikan barang dagangan Khadijjah hingga ke luar Negara Arab.
Setelah 10 tahun melakukan kerjasama, Rasulullah kemudian dilamar oleh Sayyidah Khadijah untuk menjadi suaminya. Lamaran Khadijah terhadap Rasulullah tersebut didasari kekaguman Khadijah terhadap mulianya akhlak dan kejujuran Rasulullah. Atas saran dari pamannya, yakni Abu Thalib, Rasulullah kemudian menerima lamaran Sayyidah Khadijah.
Pernikahan tersebut kemudian menjadi pernikahan pertama Rasulullah dan pernikahan kedua Sayyidah Khadijah. Dengan kata lain, saat menikah dengan Rasulullah, status Khadijah adalah janda. Pernikahan Rasulullah dan Sayyidah Khadijah tersebut berlangsung di bulan Safar. Bulan dimana orang Arab Kuno menghindari bulan tersebut untuk melangsungkan pernikahan.
2. Menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib
Bukan hanya pernikahan Rasulullah saja yang dilangsungkan di bulan Safar. Pernikahan putri Rasulullah, yakni Fatima Azzahra dengan Ali bin Abi Thalib pun dilangsungkan pada bulan Safar. Fatimah merupakan putri bungsu Rasulullah dan Sayyidah Khadijah, sedangkan Ali bin Abi Thalib merupakan putra dari paman Nabi, yakni Abu Thalib. Syarh al-Atsar fi ma Wara’an Syahri Safar karya Abu Bakar Al-adni disebutkan bahwa Pernikahan Fatimah dan Ali dilangsungkan pada bulan Safar.
3. Hijrah dari Mekkah ke Madinah
Hijrah merupakan salah satu peristiwa besar yang pernah terjadi dalam kehidupan Rasuullah. Keputusan berhijrah tersebut diambil oleh Rasulullah sebab dakwah di kota Mekah dianggap tidak berhasil. Selain itu kebengisan Suku Quraisy terhadap Nabi dan para sahabat semakin melampaui batas.
Dalam sejarah, Rasulullah dan para sahabat melakukan hijrah sebanyak dua kali. Hijrah pertama yang dilakukan Nabi dan para Sahabat terjadi pada tahun ke-7 sebelum Hijriah, sedangkan tujuan Hijrah yang pertama tersebut ialah ke Negara Ethiopia atau pada zaman Nabi disebut Habassyah. Hijrah Nabi yang pertama tersebut mendapat penolakan dari penduduk Habassyah sehingga Nabi dan para sahabat memutuskan kembali ke Mekkah.
Setelah tujuh tahun, Nabi kembali berencana melakukan Hijrah, dimana hijrah kedua ini tujuannya ialah ke kota Yatsrib atau sekarang lebih dikenal dengan nama Madinah. Nabi dan para Sahabat memulai perjalanan ke Madinah pada tanggal 26 Safar tahun ke-1 Hijriah. Berbeda dengan hijrah pertama yang dilakukan Nabi, pada Hijrah kedua ini Nabi beserta para sahabat disambut dengan baik oleh penduduk Yatsrib dan mempersilahkan Rasulullah beserta para Sahabat untuk tinggal dan menetap disana.
4. Melakukan Perang Abwa
Perang Abwa atau disebut juga perang Waddan adalah perang pertama yang dilakukan Rasulullah bersama Kaum Muslimin melawan Kaum Musyrikin Quraisy. Perang ini terjadi pada bulan Safar tahun ke-2 Hijriah. Disebut dengan Perang Abwa karena terjadi di desa Abwa, yaitu sebuah desa besar yang terletak diantara kota Mekkah dan Madinah.
Perang Abwa terjadi ketika Nabi Muhammad hendak melakukan kesepakatan perdamaian dengan Kabilah Dhamrah, namun ketika berada di daerah Abwa, Nabi Muhammad dan Para sahabat Muhajirin yang berjumlah 60 orang diserang oleh Kaum Musyrikin Quraisy. Atas izin Allah, Nabi besrta Sahabat Muhajirin mendapatkan kemenangan di pertempuran yang tidak direncanakan tersebut.
5. Menakhlukan Khaibar
Pertempuran Khaibar adalah pertempuran yang terjadi antara umat islam yang dipimpin Nabi Muhammad melawan umat Yahudi yang tinggal di oasis Khaibar, yaitu wilayah yang berjarak 150 km dari Madinah. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan umat Islam. Peristiwa penakhlukan umat Yahudi di Khaibar tersebut terjadi di bulan Shafar tahun 629M.
6. Mengutus Harits bin Umair untuk Menemui Raja Romawi
Peristiwa diutusnya Harits bin Umair ini merupakan cikal bakal terjadinya Perang Mu’tah. Setelah disepakatinya Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah mengutus para sahabat untuk mengirimkan surat-surat dakwah sekaligus diplomasi kepada penguasa negeri-negeri di sekitar Jazirah Arab, termasuk kepada Kaisar Heraklius penguasa Romawi.
Rasulullah kemudian mengutus Harits bin Umair untuk mengirimkan surat kepada Gubrnur Syam (Irak) yang baru saja dilantik oleh Raja Herakilus. Di perjalanan menuju Syam tepatnya di daerah Mu’tah, Harits bin Umair dicegat dan dibunuh oleh pasukan Romawi. Sesuai dengan kebiasaan dan aturan pada masa itu, membunuh seorang utusan berarti tantangan untuk berperang. setelah peristiwa terbunuhnya Harits bin Umair tersebut, Rasulullah kemudian menyiapkan pasukan yang terdiri dari Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar untuk menjawab tantangan Raja Herakilus.
Meskipun jumlah pasukan umat Islam tak sepadan, namun kemenangan didapat oleh umat Islam. dalam pertempuran melawan tentara Romawi, Pasukan Muslim banyak yang gugur di medan perang, termasuk 3 sahabat dekat Nabi, yakni Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalin, dan Abdullah bin Rawahah.
Itu tadi 6 peristiwa yang dilakukan Rasulullah di bulan Safar. Dengan adanya peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan bahwa bulan safar bukanlah bulan yang membawa kena’asan dan kesialan. Sebab Rasulullah sendiri pernah melakukan hal-hal besar di bulan Safar.
Sumber: https://bit.ly/2ZSMILA, https://bit.ly/32HPKnJ