Penghujung tahun 2019 silam tepatnya tanggal 26 Desember 2019, telah terjadi fenomena alam yang luar biasa yang tidak lain adalah gerhana matahari cincin. Gerhana matahari sendiri terjadi ketika Matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus, dimana bulan yang berada di tengah antara bumi dan matahari, sehingga bayangan bulan menutupi setengah ataupun sebagian sinar Matahari. Gerhana Matahari yang terjadi tanggal 26 Desember lalu dapat dilihat di beberapa wilayah di Indonesia diantaranya pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatera.
Fenomena gerhana matahari ataupun bulan bukan hanya fenomena langka, akan tetapi keindahannya pun tak ayal membuat penasaran banyak orang untuk menyaksikan fenomena tersebut. Tindakan tersebut dilakukan dengan alasan menyaksikan keagungan Tuhan ataupun hanya sekedar ingin mengabadikannya dan mengunggah di media sosial. Sebenarnya ada cara yang lebih bermanfaat dibandingkan hanya dengan menyaksikan gerhana bulan atau matahari saja.
Salah satu cara yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW ketika terjadi fenomena gerhana adalah dengan melaksanakan 2 rakaat sholat sunnah Gerhana. Sholat Gerhana sendiri dibagi menjadi dua, yaitu sholat sunnah Kusuf yang dilakukan saat gerhana matahari, dan sholat sunnah khusuf yang dilaksanakan ketika gerhana bulan.
Hukum Sholat Gerhana
Hukum melaksanakan sholat gerhana, baik gerhana bulan maupun gerhana matahari adalah sunnah Muakad. Hal tersebut dikutkan dengan hadits Nabi berikut;
“ Dari Al-Mughiroh bin Syu’bah berkata: Matahari mengalami gerhana di hari wafatnya Ibrahim (putra rasulullah). Maka orang-orang berkata, matahari mengalami gerhana karena kematian Ibrahim. Maka Rasulullah bersabdah, “ sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat diantara ayat-ayat Allah. keduanya (matahari dan bulan) tidak mengalami gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihatnya maka berdoalah dan sholatlah sampai terang (normal) kembali. (HR.Bukhori)
Dari hadits diatas dapatlah disimpulkan, jika hukum mengerjakan baik sholat sunnah kusuf (gerhana matahari) maupun sholat sunnah khusuf (gerhana bulan) adalah sunnah muakad atau sunnah yang ditekankan pengerjaannya.
Tata Cara Sholat Gerhana
Menurut dosen Ilmu Falak fakultas astronomi IAIN Lhokseumawe, Tgk Ismail, S.Sy, MA, akan terjadi 6 kali fenomena gerhana di Indonesia. Yaitu 4 kali gerhana bulan dan 2 kali gerhana matahari. Gerhana yang akan terjadi dalam waktu dekat ini ialah gerhana bulan penumbra yang akan terjadi pada tanggal 11 Januari 2020, sehingga mengetahuinya tata cara melaksanakan sholat Gerhana merupakan hal yang sangat penting.
Berikut adalah tata cara pelaksanaan sholat Gerhana:
- Niat
Sholat sunnah Kusuf:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
USSOLI SUNNATAL LIKUSUFI SYAMSI IMAMAN/MA’MUMAN LILLAHI TA’ALA
“saya sholat sunnah gerhana matahari sebagai imam/ma’um karena Allah ta’ala”
Sholat sunnah Khusuf :
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْخُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا لِلَّهِ تَعَالَى
” USSOLI SUNNATAL LIKHUSUFI QOMARI IMAMAN/MA’MUMAN LILLAHI TA’ALA”
“saya sholat sunnah gerhana bulan sebagai imam/ma’um karena Allah ta’ala”
- Takbiratul ikram
Takbiratul ikram pada sholat Gerhana sama halnya dengan Takbiratul ikram pada sholat fardhu maupun sholat sunnah lainnya, yaitu dengan cara mengangkat kedua tangan hingga sejajar daun telinga sembari membaca takbir “Allahu akbar”
- 3. Membaca Fatihah
Membaca fatihah merupakan rukun dari semua sholat baik sholat fardhu maupun sholat sunnah. Sehingga hukum membaca fatihah dalam sholat adalah wajib yang apabila ditinggalkan maka sholat tersebut tidak sah.
- Membaca Surat Al-quran
Setelah membaca fatihah maka disunnahkan membaca salah satu surat dari Al-quran. Disunnahkan membaca surat yang panjang (kira-kira sepanjang surat Al-Baqarah)
Hal tersebut didukung oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
“Dari Abdullah bin Abbas RA, bahwasannya beliau berkata,” Matahari mengalami gerhana pada masa Rasulullah Muhammad SAW. Maka Rasulullah sholat 2 rakaat bersama orang-orang, lalu beliau berdiri lama sekitar (membaca) surat Al-Baqarah (HR. Bukhari)
- Rukuk (ke-1)
Setelah membaca surat Al-quran dilanjutkan dengan gerakan Rukuk. Bacaan Rukuk pada sholat Gerhana sama seperti bacaan Rukuk pada sholat fardhu.
- I’tidal (ke-1)
Setelah ruku dilanjutkan dengan I’tidal dengan membaca Sami’allahu liman hamidah. Pada saat I’tidal tangan disendekapkan seperti pada saat setelah membaca takbirotul ikhram
- membaca fatihah (kedua)
jika pada sholat fardhu dan sholat sunnah lainnya, setelah I’tidal dilanjutkan dengan gerakan sujud, maka berbeda dengan sholat gerhana. Pasalnya setelah I’tidal kemudian dilanjutkan dengan membaca fatihah kedua.
- membaca surat pendek
Setelah membaca fatihah yang kedua dilanjutkan dengan membaca surat pendek. Tidak ada ketentuan surat apa yang harus dibaca setelah membaca fatihah.
Seluruh bacaan fatihah dan surat Al-quran baik yang pertama maupun yang kedua disunnahkan dijaharkan atau dibaca dengan suara keras. Hal tersebut sesuai hadits Nabi berikut:
“Dari aisyah RA, “bahwasanya Nabi mengeraskan bacaannya (fatihah dan surat Al-quran) pada saat sholat gerhana” (HR. Muslim)
- Rukuk (ke-2)
Setelah membaca surat pendek dilanjutkan dengan gerakan rukuk yang kedua
- I’tidal
Kemudian dilanjutkan dengan I’tidal. Untuk gerakan I’tidal yang kedua ini tangan tidak lagi disendekapkan seperti I’tidal yang pertama, melainkan kedua tangan diluruskan disamping kanan dan kiri badan.
- sujud
Gerakan selanjutnya adalah gerakan sujud. Adapun bacaannya sama seperti bacaan sujud pada sholat fardhu dan sholat sunnah lainnya.
- duduk iftirasy
Setelah melakukan gerakan sujud, kemudian dilanjutkan dengan gerakan duduk diantara dua sujud atau disebut juga dengan duduk iftirasy.
- sujud kedua
Kemudian dilanjutkan dengan gerakan sujud yang kedua.
- berdiri rokaat kedua
Selanjutnya diteruskan dengan berdiri untuk rokaat kedua. Adapun tata cara pada rokaat kedua ini sama dengan tata cara pada rakaat pertama.
- duduk tahiyat akhir
Setelah urut-urutan diatas dilakukan kemudian melakukan gerakan duduk tahiyat akhir dan diakhiri dengan salam
- salam
Seperti halnya sholat fardhu dan sholat sunnah lainnya, gerakannya selalu diakhiri dengan salam. Yaitu dengan menoleh ke kanan dan ke kiri sambil melafalkan “assalamu’alaikum warahmatullah”.
Adapun pelaksanaan sholat gerhana adalah dilakukan dengan cara berjamaah. Hal tersebut didukung dengan hadits berikut:
“Dari Aisyah RA berkata, “ matahari mengalami gerhana pada masa Nabi, maka beliau keluar menuju masjid lalu membariskan orang-orang dibelakang beliau. (HR. Bukhari)
Amalan-amalan Sunnah
Ada beberapa amalan-amalan sunnah yang dapat dilaksanakan ketika terjadi fenomena gerhana matahari ataupun bulan selain sholat sunahb gerhana. Amalan-amalan tersebut diantaranya adalah berdoa, berdzikir, istighfar, shodaqoh, membebaskan budak, dan amalan-amalan taqarub lainnya. hal tersebut sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW berikut:
“Dari Abu Musa RA berkata, Rasulullah SAW bersabdah, “jika kalian melihat gerhana matahari atau bulan maka bersegeralah mengingatNya berdoa kepada Nya dan meminta ampunan Nya” (HR. Bukhari)
“Dari Asma’ berkata, “kami diperintahkan (oleh Rasulullah) untuk membebaskan budak pada saat gerhana” (HR. Awanah)
Demikian hukum, tata cara, dan amalan-amalan sunnah yang dapat dilakukan ketika terjadi fenomena alam gerhana matahari ataupun bulan. Semoga dapat menjadi tuntunan ketika fenomena gerhana terjadi di Indonesia. Sehingga umat muslim dapat melaksanakan hal yang lebih bermanfaat dibandingkan hanya menyaksikannya.
Sumber:
https://islam.nu.or.id/post/read/114920/tata-cara-shalat-gerhana-matahari
https://ummetro.ac.id/tata-cara-shalat-gerhana/
syeikh Ibrahim Al-bajuri, Indonesia, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1428H/2007
kitab bulughul Maramm karya Ibnu Hajar Al-asqolani (rilis: 800 M/1500H)