Belum lama ini warga muslim Indonesia sempat dikejutkan dengan musibah yang menimpa salah satu ulama besar Indonesia. Adalah Syaikh Ali Jaber seorang ulama sekaligus da’i asal Madinah yang pada hari minggu 13 September 2020 silam, dikabarkan mengalami peristiwa penusukan oleh orang yang tidak dikenal. Peristiwa penusukan Syeikh Ali Jaber tersebut terjadi ketika beliau memberikan tausiyah pada acara Wisuda Hafidz di Masjid Falahudin Bandar Lampung.
Dilansir dari laman BBC.Com, Ketika peristiwa penusukan itu terjadi, Syeikh Ali Jaber sedang berinteraksi dengan salah satu wisudawan tahfidz di acara tersebut. Saat akan berfoto dengan salah satu wisudawan tersebut, seorang pemuda naik ke atas panggung dan langsung menikam Syeikh Ali Jaber. “Alhamdulillah, Qadarullah ketika dia (pelaku) itu menyerang saya pas melihat ke kanan, jadi saya bisa menangkis dengan lengan saya. Kalau umpama saya tidak melihat mungkin yang kena leher atau dada saya”. Tutur beliau ketika berbincang di podcast youtube milik Dedy Corbuzier.
Setelah peristiwa penusukan tersebut, semua media dan berita tertuju pada Ulama yang juga merupakan salah satu Juri acara kompetisi hafalan Al-Quran di salah satu televisi swasta ini. Namun banyak dari warga muslim Indonesia yang belum mengetahui fakta mengenai Syeikh Ali Jaber. berikut beberapa fakta mengenai Syeik Ali Jaber yang menarik yang jarang diketahui:
Lahir di Madinah
Da’i sekaligus penghafal Quran yang memiliki nama lengkap Ali Saleh Muhammad Ali Jaber ini lahir di Madinah pada tanggal 3 Februari 1976 atau dalam penanggalan Hijriah bertepetan dengan 3 Shafar 1396H. Selain menjalani pendidikan Al-Quran secara non-formal, Syeikh Ali Jaber juga menjalani pendidikan formal dari Madrasah Ibtida’iyah hingga Madrasah Aliyah di Madinah.
Usai lulus pendidikan Madrasah Aliyah atau setara dengan sekolah menengah akhir, Syeik Ali Jaber kemudian melanjutkan pendidikan pendalaman Al-Quran pada Syeikh Abdul Bari’as as-subaity, yang juga merupakan salah satu tokoh dan ulama’ ternama di Arab Saudi. Setelah merampungkan pendidikan pendalaman Al-Quran, Syeikh Ali Jaber kemudian dipercaya untuk menjadi Imam di salah satu masjid di Madinah.
Hafal Al-Quran Sejak Usia 11 Tahun
Sejak kecil Syeikh Ali Jaber telah dididik dengan sangat disiplin oleh ayahnya, terutama masalah sholat dan hafalan Al-Quran. Ayah beliau juga merupakan penghafal Al-quran, tak heran jika Ali Jaber kecil dididik dengan sangat disiplin agar bisa menjadi penghafal Al-Quran seperti ayah beliau. Pada usia 11 tahun Syeikh Ali Jaber berhasil merampungkan hafalan 30 juz Al-quran, dan pada usia 13 tahun beliau telah diberi amanah menjadi Imam di salah satu masjid di kota kelahirannya.
Anak Pertama dari 12 Bersaudara
Syeikh Ali Jaber merupakan anak pertama dari 12 bersaudara. Sebagai anak pertama yang menjadi ujung tombak keluarga, beliau ditutntut untuk meneruskan syiar islam yang selama ini diemban oleh sang ayahanda. Meskipun pada awalnya apa yang dijalani merupakan keinginan dari sang ayah, namun lambat laun syeikh Ali Jaber menjalaninya dengan sepenuh hati. Meskipun cara sang ayah mendidik Syeikh Ali Jaber kecil tergolong cukup keras, namun Syeikh Ali Jabir mengaku hal tersebut merupakan kebutuhan beliau sendiri. Cara mendidik ayah Syeikh Ali Jabir merupakan bentuk implementasi dari Hadits Nabi Muhammad SAW, dimana memperbolehkan mendidik anak secara keras dalam hal agama ketika anak telah berusia 7 tahun, terutama yang berhubungan dengan ibadah wajib seperti Sholat Fardhu, Puasa wajib dan ibadah wajib lainnya.
Menikah dengan Gadis Indonesia
Pada tahun 2008, Syeikh Ali Jabir resmi menikahi Umi Nadia, seorang gadis asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. Syeikh Ali Jaber mengaku bahwa pertama kali bertemu Umi Nadia di Madinah, tempat kelahirannya. Sebelum menikah dengan Umi Nadia, Syeikh Ali Jaber sudah penasaran dengan Indonesia terutama pulau Lombok. Setelah menikah, Syeikh Ali Jaber memutuskan untuk menetap di Lombok, serta aktif menjadi pendakwah dan pengajar Al-Qur’an di sana. Bukan hanya itu, Syeikh Ali Jaber juga dipercaya menjadi Imam di Islamic Center Cakranegara.
Pada tahun yang sama, Syeikh Ali Jaber beserta sang Istri singgah ke Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat untuk melaksanakan Sholat Maghrib. Tanpa rencana Pengurus Masjid meminta Syeikh Ali Jaber untuk menjadi Imam sholat pada saat itu. Selepas melaksanakan Sholat Maghrib, salah satu Pengurus meminta Syeikh Ali Jaber untuk menjadi Imam tarawih selama bulan Ramadhan di Masjid Sunda Kelapa. Sejak saat itu, beliau terus mendapatkan kepercayaan untuk menjadi Imam Sholat di beberapa masjid di Indonesia.
Mendapat Hadiah Kewarganegaraan dari Presiden
Setelah menikah, Syeikh Ali Jaber memutuskan untuk menetap di Indonesia. Beliau mengaku jatuh cinta dengan Indonesia, negeri yang menjunjung toleransi serta budaya yang ada di dalamnya. Untuk mempermudah berkomunikasi, Syeikh Ali Jaber juga memutuskan untuk belajar Bahasa Indonesia, hingga saat ini begitu lancar menggunakannya.
Kecintaan Syeikh Ali Jaber terhadap Indonesia membuat Persiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono begitu salut dan kagum, hingga akhirnya memberikan hadiah berupa status resmi sebagai Warga Negera Indonesia pada tahun 2011 silam. Hadiah tersebut membuat Syeikh Ali Jaber semakin mantap menetap dan menjadi Warga Negara Indonesia.
Setelah resmi menjadi Warga Negara Indonesia, Syeikh Ali Jaber semakin semangat dalam memberikan kontribusi bagi masyarakat terutama di bidang dakwah dan pendidikan Al-Qur’an. Beberapa kegiatan Syeikh Ali Jaber di Indonesia di antaranya adalah menjadi Guru Tahfidz di Islamic Center Cakranegara Lombok, Imam besar dan Khattib di Masjid Agung Al-Muttaqin Cakranegara Lombok, Imam Sholat Tarawih dan Qiyamul Lail di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta Pusat, Guru Tahfidz di Pesantren Al-Quran Al-Asykar Puncak Jawa Barat, Mubaligh Majlis Taklim di Jakarta dan sekitarnya, serta menjadi Juri Acara Hafidz di salah satu stasiun TV swasta. Kegiatan dan kontribusi Syeikh Ali jaber tentunya sangat bermanfaat bagi kemajuan dan kemaslahatan umat Islam, terutamawarga Muslim Indonesia.
Sumber:
https://bit.ly/3hFw5cf, https://bit.ly/33FwG8J, https://bbc.in/32HlCJi,