Assalamualaikum, langgar masa kecil. Apa di sana masih riuh dengan bunyi anak-anak tadarus yang bergantian membaca lafaz-lafaz Qur’an dan lainnya menyalakan petasan di halaman langgar?
Apa kabar, pohon mangga sebelah langgar? Apa kau masih menjadi tempat berteduh anak-anak yang kelelahan usai kejar-kejaran setelah membasuh muka di tempat wudhu sambil mencuri barang setetes dua tetes air wudhu berharap tenggorokan tidak lagi terlalu kering?
Apa kabar rumput liar depan rumah? Biasanya seminggu dua kali kau kubersihkan, kucabuti bersama adik kecilku yang sukarela membantu setelah kubawakan oleh-oleh robot dan mainan baru dari kota saat pulang.
Apa kabar, bapak? Masihkah Bapak mengelap kaca masjid sambil merenung menunggu kepulanganku tiap menjelang lebaran?
Apa kabar, ibuk? Biasanya seminggu sebelum lebaran ibuk sudah semangat menyambutku di rumah, memasakkan kolak pisang kesukaanku, menggoreng rengginang untuk sajian lebaran berwadah kaleng bekas roti kh*ng guan.
Maafkan aku, tahun ini harus rela membentangkan jarak lebih panjang lagi. menanam rindu lebih banyak lagi, menguntai haru lebih panjang lagi hingga kelak pandemi berakhir.
Tenang, saja. Aku di sini baik-baik saja. Sibukku di ibukota ini masih kusyukuri mengingat lemahnya iklim ekonomi saat ini.
Suratku ini, sebaik-baik doa. Yang tetap berharap kampung halamanku, rumah masa kecilku tetap bahagia dan sehat-sehat saja.
Tak perlu mengutuk pandemic meski ia terasa begitu kejamnya memukul dari segala arah, ia (pandemic) mungkin turut bersalah. Namun kita tak boleh kalah.
Hingga saatnya ku kembali melipat jarak dan memanen rindu berujung temu, izinkan aku memulangkan doa bersama seperangkat karpet dan partisi musholla pribadi untuk menemani ibadah bapak ibu dan adik di rumah, ya.
Saat kita berkumpul kembali di suatu hari nanti, tolong sebut namaku dalam tiap doa sehingga meski jarak teramat jahat, doa dan harapan bersama tetap dekat dan lekat selayak kening dan karpet sajadah yang menempel saat sujud.
Terakhir, untuk ibuk. Jika sedihmu masih terlalu menjuntai panjang, ingat bahwa ruangan mihrab ini kelak akan bersuara perihal doa-doa yang ibuk kirimkan untukku. Perihal tangisnya akan bujang kesayangannya yang melewatkan lebaran tahun ini dan harapan semoga mihrab kecil ini kelak riuh oleh cucu-cucunya yang berlarian di sini sambil menaikki punggung kakek neneknya saat rukuk dan sujud.
Ramadhan, 2020.
_
By Picasso Carpets
Coming soon paket musholla pribadi eksklusif untuk menemani ibadah anda dan keluarga di rumah