Share halaman ini
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

 

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna, karena dibekali oleh akal, pikiran, dan kecerdasan. Namun mesipun demikian, manusia juga memiliki keterbatasan. Hal yang paling mendasar yang menjadi fitrah manusia adalah salah dan lupa. Nabi Muhammad SAW bersabda:

اَلإِنسَانُ مَحَلُّ الخَطَاِ وَ النِسْيَانِ

AL-INSANU MAKHALUL KHATA’ WA NISYAN

“Manusia tempatnya salah dan lupa”

Hadits diatas menunjukkan bahwa manusia tidak akan pernah terlepas dari dua hal tersebut, yaitu  kesalahan dan lupa. Hal tersebut pula yang menyebabkan seorang muslim sering lupa lupa kertika mengerjakan sholat, baik itu jumah rakaatnya, gerakannya, maupun bacaannya.

Dalam ilmu fiqih, apabila seseorang melupakan jumlah rakaat sholat maupun gerakan dalam sholat, maka tidak perlu mengulang sholat dari awal. Caranya adalah cukup dengan melakukan sujud sahwi. Sujud sahwi adalah dua sujud yang dilakukan untuk menggantikan kesalahan yang terjadi di dalam sholat karena lupa.

Penyebab Dilakukan Sujud Sahwi

Penyebab dilakukannya sujud sahwi ada tiga, yaitu menambahan sesuatu (az-ziyaadah), menghilangkan sesuatu (An-Naqsh), dan keadaan ragu-ragu (an-syak). Menambahkan sesuatu atau az-ziyaadah contohnya adalah menambahkan jumlah rakaat sholat, seperti sholat maghrib yang 3 rakaat menjadi 4 rakaat ataupun sholat isya’ yang 4 rakaat menjadi 5 rakaat. An-naqsh atau menghilangkan sesuatu contohnya mmengurangi jumlah rakaat sholat atau menghilangkan salah satu gerakan sholat seperti tasyahud awal atau yang lainnya. yaitu menambahkan sesuatu (az-ziyaadah), menghilangkan sesuatu (an-naqsh), dan dalam keadaan ragu-ragu (asy-syak) di dalam Salat. Sedangkan As-syak atau ragu-ragu adalah lupa akan jumlah rakaat sholat aan tetapi tidak bisa menentukan apakah jumlah rakaatnya kurang atau lebih.

 

Waktu Dilasanakannya Sujud Sahwi

Sujud sahwi dapat dilakukan sebelum ataupun sesudah salam. Hal ini berdasarkan dua dalil berikut:

فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّم

“setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan sujud sahwi ini sebelum salam” (HR. Bukhari no 1224 dan Muslim no.570)

Dari dalil diatas menunjukkan bahwa Rasulullah melakukan sujud sahwi sebelum salam. Sedangkan sujud sahwi dilakukan setelah salam adalah merujuk pada dalil berikut:

فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ وَرَفَع“

“kemudian Beliau (Nabi Muhammad) sholat satu rakaat kemudian beliau salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali sujud, dan kemudian beliau salam lagi” (HR. Muslim no 574)

Adapun penjelasan mengenai letak sujud sahwi, Ibnu Hajar Al-Askolani dalam kitabnya yang berjudul Fathul Bari’ merinci sebagai berikut:

  1. Jika terdapat kekurangan pada shalat, seperti kekurangan tasyahud awwal, maka sujud sahwi dilakukan sebelum salam, Karena sujud sahwi tersebut digunakan untuk menyempurnakan atau menambah kekurangan dalam sholat.
    Simak selengkapnya disini.
  2. Jika terdapat kelebihan dalam shalat, seperti penambahan rakaat shalat, maka hendaknya sujud sahwi dilakukan sesudah salam.
  3. Jika terdapat keragu-raguan dalam shalat, misalnya ragu akan rakaat shalat, akan tetapi bisa menentukan mana yang lebih diyakini, maka hendaklah sujud sahwi dilakukan sesudah salam.
  4. Jika terdapat keragu-raguan dalam shalat dan tidak dapat menentukan mana yang lebih diyakini, maka hendaknya sujud sahwi dilakukan sebelum salam.

Namun menurut Syaikh Shidiq Hasan Khon dalam kitabnya yang berjudul Ar-Roudhotun Nadiyah Syarh Ad Durorul Bahiyah aturan sujud sahwi sebelum atau sesudah salam itu hanyalah sunnah bukan wajib.

Doa Ketika Sujud Sahwi

Sebagian ulama berpendapat doa sujud sahwi adalah sebagai berikut:

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو

SUBHANA MAN LAYANAMU WA LAA YASHUU

”Maha suci Dzat yang tidak mungkin tidur ataupun lupa”

Namun doa tersebut hanyalah anjuran beberapa Ulama’ dan tanpa disertai dalil yang kuat.

Dalam kitabnya At-Talkhis Al-Habiir, Ibnu Hajar Al-asqalani menjelaskan bahwa bacaan sujud sahwi sama dengan bacaan sujud dalam shalat wajib mmaupun shalat sunnah. Dalam kitabnya Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan sebagai berikut:

قَوْلُهُ : سَمِعْت بَعْضَ الْأَئِمَّةِ يَحْكِي أَنَّهُ يَسْتَحِبُّ أَنْ يَقُولَ فِيهِمَا : سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو – أَيْ فِي سَجْدَتَيْ السَّهْوِ – قُلْت : لَمْ أَجِدْ لَهُ أَصْل

Beliau berkata: aku telah mendengar sebagian ulama’ yang menceritakan dianjurkannya bacaan “Subhana Man Layanamu Wa Laa Yashuu” ketika sujud sahwi. Maka aku mengatakan: “aku tidak mendapatkan asalnya (dalilnya) sama sekali.

Hal senada dijelaskan oleh fatwa Al-Lajnah Ad Daimah (Komisi Fatwa di Saudi Arabiah). Para ulama di Fatwa Al-lajnah Ad-Daimah mmenjelaskan:

“Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud setelah tasyahud akhir sebelum salam, dilakukan sebagaimana sujud dalam shalat (wajib ataupun sunnah). Dzikir atau doa yang dibaca ketika itu adalah sama dengan bacaan sujud dalam shalat. Kecuali jika sujud sahwinya untuk mengganti kelebihan rakaat shalat atau terdapat keragu-raguan dalam rakaat shalat, maka hendaknya sujud sahwi dilakukan sesudah salam. Hal ini berdasarkan hadits sahih mengenai sujud sahwi”

 

Jika merujuk pada penjelasan Ibnu hajar Al-Asqalani dan fatwa Al-Lajnah Ad-daimah, maka bacaan sujud sahwi adalah sebagai berikut:

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى

SUBHANA RABBIYAL ALA WA BIHAMDIHI

“Maha suci Tuhan yang Maha Tinggi dan segala puji bagi Nya”

Atau juga bisa dengan bacaan berikut:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى

“Subhaanakallahumma Robbanaa wa bi hamdika allahummaghfirly”

Artinya: Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami dengan segala pujian kepada Mu, (dan) ampunilah dosa-dosaku”

Manfaat Sujud Sahwi

Sujud Sahwi merupakan Ruksoh dari Allah. Ruksoh adalah keringanan satau kemudahan dalam melakukan ibadah. Dengan adanya sujud sahwi, maka ibadah sholat menjadi mudah. Karena ketika ada kekeliruan dalam sholat, baik kekurangan, kelebihan, ataupun keragu-raguan, maka tidak perlu mengualangi mengerjakan sholat dari awal. Hanya dengan mengerjakan sujud sahwi seperti yang diajarkan Rasulullah dan diperinci oleh para ulama fiqih, maka shalat yang dilakukan sudah sah.

 

Sumber:

  1. Ar- Roudhotun Nadiyyah Syarh Ad Durorul Bahiyah, Shidiq Hasan Khon, 1/182, Darul aqiah, Cetakan pertama, 1422H.
  2. Fathul Bari,Ibnu hajar Al-Asqolani, 3/99, Darul Ma’rifah,1379
  3. At-Talkhis Al-Habiir, Ibnu Hajar Al-Asqolani, 2/6, Al-Madinah Al-Munawaroh, 1384
  4. Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah lil Buhuts Al-ilmiyyah Wal ifta’ soal ke tujuh, fatwa no 8540, 7/129.
  5. An-Nawawi Rahimahullah, Roudhatuth Tholibiin, 1/116, awqi’ Al-Waraq, 1425H

Share halaman ini
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •