Share halaman ini
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

 

Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir bukan hanya diutus untuk menyampaikan agama Tauhid dan mengajak manusia untuk menyembah satu Tuhan. Lebih dari itu Rasulullah Muhammad SAW diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak serta menjadi suri tauladan bagi seluruh umat.

Sebelum menjadi Nabi, Rasulullah merupakan seorang pedagang sukses yang sering melakukan perjalanan dagang hingga ke luar Negara Arab. Kesuksesan Rasulullah tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip berdagang yang dimiliki beliau.

Berikut 8 prinsip berdagang ala Rasulullah SAW:

1. DINIATKAN KARENA ALLAH

Prinsip berdagang dalam islam yang pertama adalah menata niat karena Allah SWT. Yang dimaksud menata niat karena Allah adalah melakukan usaha atau berdagang dengan niat mencari ridho Allah, dan hasil dari berdagang tersebut juga diniatkan  untuk bekal beribadah kepada Allah.

Banyak yang beranggapan, jika hasil dari usaha atau berdagang diniatkan hanya untuk beribadah, maka kebutuhan keluarga  tidak akan terpenuhi. Perlu diketahi bahwa dalam Islam ada dua jenis ibadah, yakni Ibadah Mahdhah dan Ibadah Ghairu Mahdhah.

Ibadah Maghdhah adalah ibadah yang tata caranya diatur dalam syariat Islam, seperti sholat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan ibadah Ghairu Maghdhah adalah ibadah yang tata caranya tidak diatur dalam syariat Islam, seperti menafkahi keluarga, membahagiakan orang tua, berbagi dengan tetangga, membiayai pendidikan anak, dll.

Dengan demikian, jika ada seorang muslim yang bekerja atau berdagang dengan niat untuk menafkahi keluarga atau untuk membahagiakan orang tua, maka niat tersebut sudah termasuk kedalam kategori berdagang dengan niat beribadah kepada Allah.

 

Rasulullah SAW bersabda:

رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Sesungguhnya setiap perbuatantergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan (HR: Imam Bukhari)

2. SELALU BERSIKAP JUJUR

Jujur merupakan salah satu sikap yang wajib dimiliki oleh seseorang yang berdagang. Pedagang yang memiliki sikap jujur akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari konsumen, sehingga konsumen akan membeli secara berulang kepada penjual yang memiliki kredibilitas tinggi.

Sebelum menjadi seorang Nabi, Rasulullah sendiri merupakan seorang pedagang. Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun ketika berdagang, Rasulullah dikenal sebagai seseorang yang sangat jujur.

Ketika berdagang, Rasulullah tidak pernah mengurangi takaran timbangan seperti yang kala itu lumrah dilakukan oleh masyarakat Suku Quraisy. Rasulullah bahkan kerap menambahkan takaran timbangan untuk menyenangkan konsumennya.

Perintah untuk berdagang secara jujur telah disinggung oleh Allah dalam Al-Quran diantaranya dalam ayat berikut:

أَوْفُوا الْكَيْلَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُخْسِرِينَ (181) وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ (182) وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (183)

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kalian merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kalian merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.  (AS-Syuara:181-183)

وَأَقِيمُوا۟ ٱلْوَزْنَ بِٱلْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا۟ ٱلْمِيزَانَ

Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.( QS: Ar-Rahman:9)

Dalam sebuah Hadits Shohih dijelaskan bahwa seorang pedagang yang jujur akan dikumpulkan dengan para Syuhada pada hari kiamat kelak. Rasulullah SAW bersabda:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: « التَّاجِرُ الأَمِينُ الصَّدُوقُ الْمُسْلِمُ مَعَ الشُّهَدَاءِ – وفي رواية: مع النبيين و الصديقين و الشهداء –  يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Rasuluillah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang pedagang muslim yang jujur dan amanah (terpercaya) akan (dikumpulkan) bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat (nanti).” (HR: Ibnu Majah, Imam Hakim, Darru Qutni)

3. MENJUAL BARANG DENGAN KUALITAS YANG BAGUS

Prinsip berdagang ala Rasulullah yang ketiga adalah menjaga kualitas barang dan hanya menjual barang dengan kualitas yang bagus. Rasulullah Muhammad SAW selalu menjual barang dengan kualitas yang baik. Rasulullah selalu menjelaskan kepada pembeli apabila ada barang dagangan yang cacat.

Seorang pedagang muslim hendaknya menyontoh prinsip berdagang Rasulullah, dengan selalu menunjukkan dan menjelaskan apabalia ada barang yang cacat atau memiliki kualitas yang kurang baik, serta tidak menutup-nutupi kekurangan barang dagangan.

Rasulullah SAW bersabda:

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak halal bagi seorang muslim untuk menjual barang yang ada cacatnya kepada temannya, kecuali jika dia jelaskan. (HR. Ibn Majah)

4. MENGAMBIL KEUNTUNGAN SEWAJARNYA

Di dalam Islam, tidak ada larangan bagi pedagang untuk mengambil keuntungan. Tidak ada pula aturan mengenai berapa banyak keuntungan yang boleh diambil. Namun sebagai seorang pedagang hendaknya mengambil keuntungan dengan sewajarnya.

Ketika berdagang, Rasulullah tidak pernah mengambil keuntungan secara berlebihan. Bahkan ketika ditanya mengenai modal barang dagangannya, beliau menjawab dengan sejujur-jujurnya. Hal tersebut dilakukan sebab Rasulullah berdagang bukan semata-mata hanya mencari keuntungan duniawi, akan tetapi juga mencari Ridho Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam QS. As-Syuara’ ayat 20:

مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلْءَاخِرَةِ نَزِدْ لَهُۥ فِى حَرْثِهِۦ ۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (QS: As-Syuara’:20)

5. TIDAK MENJELEK-JELEKKAN DAGANGAN ORANG LAIN

Persaingan dalam usaha dan perdagangan merupakan hal yang lumrah mengingat banyaknya pelaku usaha di era modern ini. Islam pun tidak melarang ketika seseorang menyamai bisnis atau usaha orang lain. Yang dilarang di dalam Islam adalah persaingan yang tidak sehat, seperti menjelek-jelekkan dagangan orang milik orang lain.

Rasulullah SAW bersabda:

Janganlah seseorang diantara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual orang lain” (HR. Muttafaq Alaih)

6. TIDAK MENIMBUN BARANG

Menimbun barang merupakan aktivitas dimana seorang pedagang membeli barang stok dengan jumlah yang sangat banyak dari pasar, yang kemudian barang tersebut disimpan dalam kurun waktu yang relative lama dan menjual barang-barang tersebut dengan harga yang sangat mahal.

Praktek penimbunan barang seperti ini banyak dilakukan oleh pedagang-pedagang curang di kala pandemi seperti ini. Ada beberapa pedagang curang yang menimbun stok masker ataupun desinfektan untuk dijual dengan harga yang sangat mahal.

Dalam Islam praktek menimbun barang merupakan perilaku yang dilarang karena termasuk kedalam perbuatan dzalim. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah seseorang melakukan penimbunan melainkan dia adalah pendosa” (HR: Muslim)

7. TIDAK MUDAH PUTUS ASA

Dalam menjalankan bisnis atau usaha seperti berdagang, seseorang pasti harus melewati segala proses dan rintangan. Tak jarang seorang pebisnis akan mengalami kegagalan bahkan gulung tikar. Seorang yang berdagang hendaknya memiliki sikap pantang menyerah dan tidak mudah putus asa. Sebab kunci dari keberhasilan adalah usaha yang tidak kenal lelah dan pantang menyerah.

Allah SWT berfirman:

يَٰبَنِىَّ ٱذْهَبُوا۟ فَتَحَسَّسُوا۟ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ

Hai anak-anakku (Ucap Nabi Yaqub pada anak-anaknya), pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS: Yusuf:87)

8. TIDAK MELALAIKAN IBADAH

Salah satu kunci utama keberhasilan suatu usaha atau perniagaan adalah dengan selalu mengingat Allah dan tidak melalaikan ibadah kepada Nya.

Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونََ

Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS.Al Jumu’ah :9-10)

Demikian 8 prinsip berdagang ala Rasulullah. Umat Islam hendaknya menyontoh segala perilaku Rasulullah baik dalam hal ibadah, perilaku keseharian, bahkan cara Rasulullah berdagang. Sebab Rasulullah merupakan uswatun hasanah yaitu suri tauladan yang mulia.

 

Sumber: https://bit.ly/3f7QM0O

 

 

 


Share halaman ini
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •