Share halaman ini
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Pada tanggal 20 Februari 2020 silam, KH. Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) telah berpulang ke rahmatullah. Wafatnya beliau bukan hanya menjadi kabar duka bagi warga Jombang, akan tetapi bagi semua umat muslim di Indonesia. KH. Sholahuddin Wahid merupakan seorang akademisi, kyai, sekaligus cendikiawan muslim yang berpengaruh terhadap perkembangan Islam di Indonesia.

Berikut 14 Fakta tentang Gus Sholah:

1. Bernama Lengkap Sholahuddin Al-ayyubi

Sholahuddin Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gus Sholah, memiliki nama lengkap Mohammad sholahuddin Al-Ayyubi. Lahir di Jombang pada 11 September 1942, Gus Sholah merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, yang juga merupakan adik kandung Presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Kelima saudaranya yang lain yaitu, Abdurrahman Ad-Dakhil yang sekarang ini lebih dikenal dengan nama Abdurrahman Wahid (Gus Dur),  kedua Aisyah Wahid, ketiga Umar Al-Faruq, lilik khadijah dan yang terakhir Muhammad Hasyim. Nama Wahid disematkan, karena merupakan nama depan sang Ayah, yaitu KH. Wahid Hasyim

2. Anak Dari Menteri Agama Pertama

Gus Sholah merupakan anak dari Menteri Agama pertama Indonesia, yang tidak lain adalah KH. Wahid Hasyim. Meskipun menjadi anak dari menteri Agama, namun kehidupan Gus Sholah dan keluarga bisa dikatakan jauh dari kata mampu.

Hal tersebut disebabkan perekonomian Indonesia pada waktu itu belum stabil paska dijajah Belanda dan Jepang. Sejak kecil Gus Sholah bersama kelima saudara yang lain tinggal di sebuah rumah sederhana di Jalan Matraman Barat, Jakarta. Rumah tersebut merupakan rumah dinas yang menjadi fasilitas Negara.

3. Cucu dari Dua Ulama besar

Gus Sholah merupakan cucu dari dua ulama besar dari Jombang. Sang Ayah, KH. Wahid Hasyim merupakan putra dari Khadrotus Syaikh Hasyim Asyari, yang juga merupakan pendiri Pondok Pesantren Tebuireng. Sedangkan sang ibu, Nyai Sholicha merupakan putrid dari K.H. Bisri Samsuri, pendiri Pondok Pesantren di Denanyar Jombang.

4. Yatim sejak umur 5 tahun

Gus Sholah telah menjadi yatim bahkan di usia yang masih sangat belia. Sang ayah meninggal dalam sebuah kecelaaan di Cimahi saat melakukan perjalanan dinas dari Jakarta ke Bandung. KH. Wahid Hasyim meninggal pada usia 38 tahun dan meninggalkan 5 orang anak yang masih duduk di usia dasar, dan satu anak yang masih dalam kandungan sang istri.

Setelah sang ayah meninggal, Nyai Sholihah berjuang seorang diri untuk membesarkan keenam anaknya. Meskipun memiliki jabatan sebagai seorang menteri, sang ayah tidak banyak meninggalkan warisan, kecuali ilmu pengetahuan dan pelajaran hidup sebagai bekal kelima anaknya.

” jadi walaupun jadi menteri juga tidak banyak uang. Wal hasil tidak ada persiapan eonomi apa-apa dan tidak meninggalkan warisan harta yang cukup untuk keperluan hidup dan pendidikan anak-anak”, tutur Nyai Sholichah. (Risalah Islamiyah, 1977:28)

5. Aktif Berorganisasi Sejak SMA

Bukan hanya mahir dalam membaca Al-Quran, sejak SMA Gus Sholah  juga aktif di organisasi seperti OSIS dan Kepanduan Ansor. Kemudian saat duduk di bangku perkuliahan, Gus Sholah aktif di organisasi PMII (Persatuan Mahasiswa Muslim Indonesia). Gus Sholah juga terpilih menjadi Anggota Dewan penasehat ICMI sejak 1995-2005 dan ketua MPP ICMI 2000-2005.

6. Lulusan ITB

Setelah lulus dari SMA Budi Utomo, Gus Sholah kemudian melanjutkan studi nya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada awalnya Gus Sholah ingin mengambil jurusan Ekonomi atau Hukum. Namun pada akhirnya jurusan Arsitektur pun diambil oleh Gus Sholah.

Semasa kuliah di Bandung, Gus sholah atif dalam kegiatan Senat Mahasiswa dan Dewan Mahasiswa. saat di bangku perkuliahan pula, Gus Sholah mendirikan komunitas pecinta alam “WANANDRI” bersama keenam sahabatnya. Pada tahun 1970, Gus Sholah harus berhenti kuliah sementara karena focus mendirikan perusahaan kontraktor bersama teman dan kakak iparnya.

 

BACA JUGA

Virus Corona Merebak, Amankah Belanja Produk dari China?

Viral Virus Corona, Ternyata Ini Dia Cara Pencegahannya

Wajib Tau! Inilah 7 Tokoh Besar Islam Yang Lahir Di Bulan Februari

Wajib Tau! Ini Dia 5 Keutamaan Menuntut Ilmu Menurut Islam

10 Adab Terhadap Hewan Sesuai Ajaran Rasulullah, Nomer 9 Jarang Diketahui!

HARGA KARPET MASJID TERBARU 2020

 

 

7. Memiliki Mertua Menteri Agama

Pada tahun 1968, Gus sholah menikah dengan Farida, Putri Menteri Agama pada Kabnet Soeharto-Tri Sutrisno, KH. Syaifudin Zuhri. Pernikahan mereka cuup unik, karena keduanya sama-sama tidak tau jika anak Menteri Agama. Gus Sholah lebih dulu mengenal calon istrinya sebelum mengenal mertuanya. Dari pernikahan ini, Gus Sholah dan istri dikaruniai tiga orang anak, yaitu Irfan Asyari Sudirman, Iqbal Billy, dan Arina Saraswati.

Sembilan tahun setelah menikah, tepatnya pada tahun 1977, Gus Sholah kembali aktif di bangu perkuliahan. Hingga akhirnya dapat menyelesaikan studi nya pada tahun 1979.

8. Seorang Kontraktor

Sejak masih kuliah, Gus Sholah telah merintis karier di bidang kontraktor. Pada tahun 1970, Gus Sholah bersama sahabat dan kakak iparnya, Hamid Baidawi. Perusahaan kontraktor milik Gus Sholah tersebut bertahan hingga tahun 1977.

9.Seorang Konsultan

Selama tujuh tahun menjadi kontraktor dan memiliki perusahaan kontraktor, membuat Gus Sholah harus menghentikan studi nya di ITB untuk sementara waktu. Sayangnya perusahaan tersebut hanya bertahan hingga tahun 1977. Karena kurangnya modal perusahaan tersebut harus ditutup. Paka ditutupnya perusahaan kontraktor miliknya, Gus Sholah memutuskan untuk melanjutkan studi nya di ITB dan lulus pada tahun 1979.

Setelah lulus dari ITB, Gus Sholah kemudian bergabung dengan Biro Konsuultan PT. MIRAZH. Gus Sholah juga pernah menjadi Direktur  Utama Perusahaan Konsultan Teknik pada tahun (1989-1997)

10. Seorang Penulis

Selain berprofesi sebagai seorang konsultan, Gus Sholah juga aktif menjadi penulis di media. Sejak tahun 1993, Gus Sholah juga merupakan Pimpinan Redaksi majalah Konsultan. Selain menulis di media masa, Gus Sholah juga banyak menulis buku.

Beberapa karya Gus Sholah yang telah diterbitkan meliputi, Negeri di Balik Kabut sejarah (November 2001), Mendengar Suara Rakyat (September 2001), Menggagas Peran Politik NU (2002), Basmi Korupsi, Jihad akbar Bangsa Indonesia (November 2003), Ikut Membangun Demokrasi Pengalaman 55 Hari Menjadi Calon wakil Presiden (November 2004).

11. Menjadi Wakil ketua KOMNAS HAM

Pada akhir tahun 2001, Gus Sholah didaftarkan adik iparnya, Lukan Hakim Syaifudin sebagai calon anggota KOMNAS HAM. Meskipun dengan persiapan sekedarnya, akhirnya Gus sholah terpilih menjadi salah satu dari 23 anggota Komnas HAM periode 2002-2007.

Pada saat yang sama pula, Gus Sholah didaulat sebagai wakil II Komnas HAM. Selama kiprahnya di Komnas HAM, Gus Sholah sempat ditunjuk sebagai pemimpin TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) untuk menyelidiki kasus Kerusuhan Mei 1998.

12. Menjadi Cawapres

Setelah bergabung di Komnas HAM, popularitas Gus Sholah semakin menanjak. Gus Sholah juga aktif di dunia politik. Hingga pada tahun 2004, Gus Sholah dipinang oleh partai Golkar untuk mendampigi Bapak Wiranto dalam Pemilihan Presiden 2004.

Gus sholah didaulat menjadi calon wakil presiden dari Bapak Wiranto. Namun langkahnya harus terhenti saat pasangan Wiranto_Sholahuddin Wahid harus menelan kenyataan pahit kalah dari pasangan SBY-Kalla.

13. Mendapat Gelar Doktor (Kehormatan)

Pada tahun 2011, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang menganugerahi gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) kepada Gus Sholah. Sekaligu menjadikannya oranng pertama yang mendapatkan gelar tersebut dari UIN Malik Ibrahim Malang. Gelar Doktor Kehormatan (HC) tersebut didapat dalam bidang ilmu Managemen.

14. Nahkoda Pondok Tebuireng

Pada tahun 2006, Gus Sholah resmi menjabat menjadi pengasuh pondok Tebuireng. Keputusan tersebut dibuat oleh para santri senior dan pengurus pondok Tebuirenng yang lain.

Langkah pertama yang dilaukan Gus Sholah saat menjadi pengasuh pondok Tebuieng adalah melakukan diagnose atau mendeteksi masalah yang terjadi di lingkungan internal Pondok. Secara berkala Gus sholah mengadakan rapat bersama unit-unit yang ada dibawah naungan yayasan Hasyim Asyari. Pada tahun yang sama pula Gus Sholah menerapkan sistem Full Day School di sekolah-sekolah dibawah yayasan Hasyim Asyari

 

 

Sumber

https://www.nu.or.id/post/read/70239/kisah-nyai-wahid-hasyim-mendidik-gus-dur-dan-kelima-adiknya

https://www.laduni.id/post/read/56217/biografi-kh-salahuddin-wahid-gus-sholah

Disarikan dari Majalah Risalah Islamyah Jakarta, Edisi Nomor 7-IX, tahun 1977.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/70239/kisah-nyai-wahid-hasyim-mendidik-gus-dur-dan-kelima-adiknya


Share halaman ini
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •